Selasa, 25 Juli 2017

Naskah Kuno Pujangga Ronggowarsito yang Mempunyai Kekuatan Gaib

Mysteriterpercaya:Naskah Kuno Pujangga Ronggowarsito- Naskah kuno bukan saja berisi sambungan tulisan, atau buah pikir dari seorang pujangga atau dari sastrawan tempo yang dulu. Bisa jadi naskah-naskah kuno tersebut menyimpan sebuah daya magis atau pun bisa juga mistis.

Museum Radya Pustaka ialah salah satu museum tertua di pulau Jawa. Di sini banyak sakali menyimpan ribuan tulisan atau naskah kuno dari para pejangga.

Museum ini, banyak sekali menyimpan naskah-naskah kuno milik pujangga Ronggowarsito, yang melekat dengan ramalan-ramalan Zaman Edan. Di museum ini juga, banyak tersimpan naskah tentang ramuan-ramuan jamu, hingga sampai dengan mantra pengasihan(pelet asmara).

Menerjemahkan sebuah naskah yang dianggap begitu 'sakral',  tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Butuh ketekunan dan juga kesabaran untuk mampu menerjemahkan aksara-aksara kuno itu. Bermacam-macam pengalaman 'mistis' yang pernah dialami para penerjemah naskah kuno di museum tersebut.

Salah satunya ialah petugas dari digitalisasi dari museum Radya Pustaka, Kurnia Heniwati. Dia juga pernah mendigitalisasi Serat Mangkupraja. Entah apa sebabnya, walau lembaran demi lembaran tersebut sudah digitalisasi dengan kamera, hasilnya pun selalu sama, tidak beraturan halamannya.

"Sebenarnya, sudah berkali-kali saya urutkan tetapi tetap saja tidak beraturan. Pada akhirnya saya merasa pasrah dengan digitalisasi naskah abad ke 17 ini. Walau terus tidak beraturan, saya tetap berusaha sabar, " ucap Kurnia, di Museum Radya Pustaka, di Solo, hari Selasa 24/2/2017.

Pengalaman mistis lainnya, juga pernah dialami oleh beberapa anak magang dan juga penerjemah naskah kuno. Seperti yang dialami oleh tiga anak magang dari salah satu perguruan tinggi swasta di Solo, yang mendigitalisasi naskah-naskah kuno di museum itu.



Tiga mahasiswa jurusan desain komunikasi visual tersebut, satu per satu langsung saja tertidur begitu mulai membuka naskah-naskah kuno untuk digitalisasi.

Naskah Kuno Pujangga Ronggowarsito 

" Mereka satu per satu bisa begitu saja langsung tidur. Lalu kemudian, Pak Totok,penerjemah naskah kuno mencoba untuk melihat dari dekat naskah-naskah tersebut. Dan Pak Totok juga ikut langsung tertidur, " katanya dia.

Lantaran menjumpai hal-hal yang aneh, ia pun segera menjumpai seorang pemuka agama Hindu dari Bali. Ternyata, sebelum membaca atau membuka naskah-naskah kuno ini, kita harus mengucapkan sebuah kata kunci.

"Iya, memang katanya kita harus menyebutkan sebuah kata kunci sebelum membuka naskah itu," kata Kurnia.

Museum yang didirikan oleh Kanjeng Adipati Sosroningrat IV pada 28 Oktober 1890 tersebut, terdapat dua orang mahasiswa dari Universitas Udayana sedang begitu sibuk membolak-balikan naskah kuno tersebut, dan membaca naskah-naskah yang tertulis dalam lontar. Dua orang mahasiswa jurusan Sastra Jawa Kuno tersebut, yang bernama Kurnia Sari dan Alfian Nur Rahmat tidak mengalami masalah apapun saat membuka naskah itu.


Kurnia Sari pun mengungkapkan jika ingin membuka naskah kuno lontar itu, kita memang terlebih dahulu harus membaca sebuah kalimat khusus, yaitu? om awigmastu nama siddham. "Ini harus diucapkan di pembuka agar dimudahkan dalam membacanya," kata Kurnia Sari yang diamini temannya Alfian Nur Rahmat.

Naskah lontar kuno yang dibaca oleh Kurnia dan Alfian di museum itu, bertuliskan aksara Bali. Akan tetapi, bahasa yang di pergunakan dalam naskah itu merupakan campuran Jawa Kuno dan juga Sansekerta.

"Ini ada 10 lembar halaman lontar konu. Kami sedang mencoba untuk membaca dan juga menerjemahkannya," kata Kurnia Sari.

Sementara itu Kurnia Heniwati mengungkapkan, bahwa apa yang terjadi di balik penerjemahan naskah-naskah kuno bukan hal mengagetkan bagi dirinya. terutama ketika menerjemahkan naskah Purwo (naskah ratusan tahun).

Lantaran naskah kuno tersebut, merupakan sebuah karya leluhur kita, para penulis naskah-naskah kuno pasti menulis buah pikirannya itu, biasanya harus melakukannya dengan melakoni tirakat.

Demikianlah artikel saya kali ini, Naskah Kuno Pujangga Ronggowarsito. Kita harus membaca atau menerjemahkan ini sebagai sebuah perwujudan dari karya leluhur kita. jadi kita pun harus menghargainya

0 komentar:

Posting Komentar