Mysteiterpercaya:Menguak Misteri Kampung Kasur Pasir- Ternyata tidur di atas kasur pasir memiliki banyak manfaat unik, di kampung sumenep madura.Bukan karena mereka tidak mampu membeli tempat tidur.Bukan pula karena mereka tidak mengerti kesehatan juga. Tapi bagi masyarakat Desa Legung, Sumenep, Madura, pasir ialah merupakan bagian dari kehidupan mereka.
Seorang ibu muda menjerit-jerit ketika anaknya sedang bermain di tanah yang berpasir. Ia bagitu cemas. Sebab, konon, pasir identik dengan cacing. Itu terjadi di kota-kota, khususnya di kalangan keluarga tertentu yang sangat mengenal makna hidup sehat. Akan tetapi, di Desa Legung, Sumenep, + 166 km dari Kamal (penyeberangan) Madura, masyarakat begitu akrab dengan pasir. Tua muda, pria maupun wanita, dewasa ataupun anak-anak, demikian damai hidup bersama pasir. Bahkan, seorang ibu menyusui bayinya yang baru berusia 40 hari di atas hamparan pasir tanpa alas selembar pun. Dan bagi anak-anak, bermain di pasir ibarat berada di dunia fantasi.
Ketika sore hari, selepas tugas, mereka bergeletakan di pelataran pasir tanpa rasa canggung.Terserak mirip turis asing di Pantai Kuta, Bali. Seperti menyambut purnama tiba. Seorang ibu tanpa ragu-ragu mengurai rambutnya yang basah dan menelungkup di pasir, seakan butir-butir pasir itu sahabat yang paling setia.
Menguak Misteri Kampung Kasur Pasir
Seorang penduduk Legung yang lain menyatakan bahwa tidur di atas pasir terhindar dari perbuatan jahat, seperti guna guna, santet, dan sejenisnya. Menurutnya, ilmu hitam tidak mampu menjangkau sasaran bila yang diersatu dengan bserang bumi. Oleh sebab itu, mereka punya keyakinan bahwa tidur di atas pasir adalah baik, termasuk untuk kesehatan dan ketentraman jiwa.
“Kalau alam kita dekati, Ia akan ramah pada kita,” tuturnya.
Anehnya lagi, hanya desa-desa tertentu di wilayah Madura yang punya keyakinan seperti itu. Kenapa Legung? Konon, desa yang berpenduduk sekitar 545 jiwa ini merupakan desa cikal-bakal bagi desa-desa lain di sana.Menurut zailani arifin 40, Desa Legung merupakan kota pelabuhan tertua di sana. Konon, usianya hampir 650 tahun. Dan di sanalah keyakinan berkembang.
“Pokoknya tidur di atas pasir lebih nikmat,” ujar pak ari 45, membela.Memang, Tuhan menganugrahkan pasir pada masyarakat Legung dengan keunikannya tersendiri.Warna dan bentuk pasir tidak seperti biasanya. Kristal pasir tidak lekat di badan, serta butir-butirnya begitu lembut menyerupai tepung. Ia berwarna coklat muda, tidak seperti warna pasir pantai atau pasir pedalaman.
Menguak Misteri Kampung Kasur Pasir Desa Legung Sumenep
Menurut Zailani, budayawan berdarah Tionghoa yang mengaku lebih Madura daripada orang Madura asli, pasir Desa Legung bersifat adaptil. Jika udara dingin, pasir akan menimbulkan kehangatan. Sebaliknya, jika udara panas, pasir menimbulkan rasa sejuk di badan. Itulah sebabnya mereka membawa pasir ke atas tempat tidur di dalam rumah mereka.
Hampir semua penduduk desa tersebut memiliki tempat tidur khusus yang berisi pasir. Biasanya berbentuk 4 persegi panjang menyerupai bak mandi. Bahan utama dindingnya terbuat dari semen. lsi dan luas bak tidak sama, tergantung besar-kecilnya ruang yang ada. Namun cukup untuk satu keluarga. Mereka rata-rata memiliki lebih dari dua buah. Satu berupa tempat tidur khusus yang berisi pasir, sementara lainnya terbuat dan kayu atau besi sebagaimana tempat tidur biasa.
“Kalau bosan tidur di pasir, barulah kami mempergunakan tempat tidur biasa,” tutur ari.
Butir-butir pasir yang naik harkat itu konon didatangkan dari Gunung Pasir di Desa Legung Barat, Dapinda, serta Lombang, yang terletak + 3 km dari desa. Mereka mengangkutnya dengan berjalan kaki. Bagi yang mampu, mereka bisa mengupah orang lain untuk mengambilkannya.
“Tetapi biasanya kami ambil sendiri. Sebab, itu kepentingan khusus,” ujar Ari.
Menguak Misteri Kampung Kasur Pasir Desa Legung Sumenep Madura Tradisi Unik Mencegah Guna Guna. Jika memang ini baik untuk kesehatan, kenapa harus tidak kita lakukan.
0 komentar:
Posting Komentar