Namun karir gemilang Gajah Mada menjadi mahapatih Kerajaan Majapahit mengalami masa surut setelah Perang Bubat antara Kerajaan Sunda dengan Majapahit pada tahun 1279 Saka atau 1357 M.
Dalam Pararaton, dikisahkan bahwa setelah Perang Bubat, Gajah Mada menikmati masa istirahatnya setelah 11 tahun menjadi mangkubumi. Di akhir masa hidupnya Patih Gajah Mada pergi meninggalkan Keraton Majapahit ke arah timur.
Selanjutnya, diceritakan bahwa sang Patih Gajah Mada itu wafat pada tahun 1290 Saka atau 1368 Masehi. Ada beberapa tempat yang dipercayai sebagai makam Gajah Mada diantaranya Situs Wadu Nocu di Desa Padende, Donggo, Bima, Nusa Tenggara Barat.
Lima Tempat Makam Maha patih
Menurut keyakinan masyarakat setempat Wadu Nocu adalah makam sang Gajah Mada. Keyakinan ini diungkapkan secara turun temurun oleh sang penjaga makam tersebut.Bima termasuk wilayah yang pernah ditaklukan Gajah Mada. Ketika Gajah Mada menaklukan suatu wilayah bukan suatu yang mustahil juga, jika dia membuat sebuah tempat yang pada ratusan tahun kemudian bisa dikatakan sebagai petilasannya.
Sementara dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapanca
disebutkan bahwa Gajah Mada melakukan perjalanan ke berbagai daerah yang ada di sebelah timur Pulau Jawa, termasuk daerah-daerah di Pulau Sumbawa, seperti Taliwang, Dompo atau bisa juga di sebut Dompu, Sapi, Sanghyang Api atau Pulau Sengeang, dan juga Bima. Kemudian Gajah Mada dikabarkan meninggal dunia pada 1364 M setelah mengalami sakit.
Di Selaparang, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat makam yang dipercayai sebagai makam sang Gajah Mada. Makam tersebut dapat ditempuh perjalanan 2 jam dari kota Mataram.
Bentuk makam tersebut seperti sumur bundar dengan susunan batu sungai berukuran sedang yang tertata rapi tanpa tulisan apa pun.
Masyarakat Tuban, Jawa Timur pun menyakini jika Gajah Mada dimakamkan di daerah mereka tepatnya di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
Makam itu dikenal dengan nama Makam Barat Ketiga. Barat Ketiga merupakan istilah dari bahasa Jawa yang jika dialihbahasakan berarti angin kemarau.
Di Provinsi Lampung juga ada makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatan yang terakhir bagi sang Patih Gajah Mada.
Makam tersebut terletak di Pugung Tampak, Kabupaten Liwa, Provinsi Lampung. Konon dahulu kala Kapal yang ditumpangi Patih Gajah Mada tenggelam di Perairan Pugung, setelah tiba di Pugung Patih Gajah Mada jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dan dimakamkan di Pekon Pugung.
Keyakinan itu dikuatkan dengan adanya pusara makam serta peninggalan berupa keris, mahkota, pedang, tombak, ikat pinggang, ikat kepala, dan juga peninggalan-peninggalan lainnya. Sejak dulu kala, tempat yang diyakini sebagai lokasi makam Gajah Mada itu hanya berupa gundukan tanah merah.
Baru pada tahun 1981 dibangun pagar keliling. Setelah itu diperbaiki kembali dengan membuat lantai di sekitar lokasi makam pada tahun 2010.
Warga pesisir pantai antara Pelabuhan Sempo Liya dan Pulau Simpora, tepatnya di Kampung Mada, Desa Matiri, Batauga, Kepulauan Wangi-wangi, Buton, Sulawesi Tenggara juga menyakini makam sang patih Gajah Mada berada di wilayahnya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya batu prasasti yang dinamakan Batu Mada. Konon Gajah Mada yang memiliki banyak kesaktian memilih salah satu gua di wilayah Togo Moori untuk beliau bertapa.
Di gua daratan Pulau Karang Wangiwangi yang bersambung ke laut lepas inilah Patih Gajah Mada menghilang saat semadi.
0 komentar:
Posting Komentar